Skip to content

Missing Hierarchy

Smell ini terjadi ketika mayoritas class-class turunannya (subclass) mempunyai method/behaviour yang seharusnya bisa ditempatkan pada superclass sebagai method atau abstract method.

Smell ini seringkali disandingkan dengan smell Switch-statements dikarenakan smell ini identik dengan pemakaian if-else atau switch statements yang berulang-ulang (termasuk dengan instanceof untuk class matching pada object dan typecasting).

Penyebab

  • Misguided simplistic design & Procedural approach to design: Developer (minim pengalaman/prosedural) menganggap bahwa pemakaian type value dan conditional statement dapat menyederhanakan desain software.
  • Overlooking inheritance as a design technique: Developer menganggap inheritance berfungsi lebih ke penambahan variasi desain ketimbang untuk keperluan hierarkis.

Penyelesaian

Untuk menuntaskan smell tersebut, ada dua cara penyelesaian smell tersebut yaitu:

  • Jika smell tersebut terjadi karena kesamaan method, lakukan introduce interface atau extract ke abstract class (superclass) untuk class-class terkait.
  • Jika smell tersebut terjadi dimana conditional statements dapat dijadikan class, extract method-method dan member sebagai superclass (abstract/interface) dimana setiap class turunannya mengimplementasikan method-method abstract dari superclass. Teknik ini tentunya akan menjalankan polymorphism method secara langsung pada object variatifnya.

Contoh

Contoh 1: java.swing.plaf.windows.XPStyle margin problems

Hierarchical view of 'java.swing.plaf.windows.XPStyle'

Salah satu kasus yang disinggung oleh Girish adalah masalah margin dari class java.swing.plaf.windows.XPStyle dimana terdapat bagian code yang melakukan cek margin dari ketiga komponen tersebut yaitu AbstractButton, JToolBar, dan JTextComponent yang seharusnya dapat dijadikan interface tersendiri pada method getBorderInsets(Component c, Insets insets) sebagai berikut:

java
public Insets getBorderInsets(Component c, Insets insets){
  Insets margin = null;
  //
  // Ideally we’d have an interface defined for classes which
  // support margins (to avoid this hackery), but we’ve
  // decided against it for simplicity
  //
  if (c instanceof AbstractButton) {
    margin = ((AbstractButton)c).getMargin();
  } else if (c instanceof JToolBar) {
    margin = ((JToolBar)c).getMargin();
  } else if (c instanceof JTextComponent) {
    margin = ((JTextComponent)c).getMargin();
  }
  // rest of the code elided ...
}
public Insets getBorderInsets(Component c, Insets insets){
  Insets margin = null;
  //
  // Ideally we’d have an interface defined for classes which
  // support margins (to avoid this hackery), but we’ve
  // decided against it for simplicity
  //
  if (c instanceof AbstractButton) {
    margin = ((AbstractButton)c).getMargin();
  } else if (c instanceof JToolBar) {
    margin = ((JToolBar)c).getMargin();
  } else if (c instanceof JTextComponent) {
    margin = ((JTextComponent)c).getMargin();
  }
  // rest of the code elided ...
}

Salah satu penyelesaian dari smell tersebut adalah dengan membuat interface bernama MarginSupported yang berisikan method setter dan getter Margin yang akan dipakai oleh ketiga component yaitu AbstractButton, JToolBar, dan JTextComponent.

Meski demikian, developer Java juga mengakui adanya kesalahan yang menyebabkan smell ini terjadi karena masalah tanggungnya developer dan kesederhanaan code.

Contoh 2: Player, Monster, and NPC attack problems

Pada kasus dalam package GameObject.java, terdapat 3 class entity yang menyangkut masalah attack, dimana salah satu classnya yaitu NPC adalah entity yang tidak dapat diserang oleh entity lain. Ketika class GameObject.java dijadikan perwakilan atas entity-entity tersebut, penyerangan seharusnya tidak boleh terjadi pada NPC karena NPC tidak mempunyai darah.

Di sisi lain, dipergunakanlah class AttackService.java untuk menyelesaikan kasus penyerangan NPC, dimana class ini menyangkut adanya conditional checking pada snippet code berikut:

java
public void hit(GameObject obj, int damage) {
  if(obj instanceof Monster) {
    ((Monster) obj).hit(damage);
  } else if(obj instanceof Player) {
    ((Player) obj).hit(damage);
  }
}
public void hit(GameObject obj, int damage) {
  if(obj instanceof Monster) {
    ((Monster) obj).hit(damage);
  } else if(obj instanceof Player) {
    ((Player) obj).hit(damage);
  }
}

Snippet code/method hit() tentunya menimbulkan smell karena adanya pemakaian conditional checking yang berulang-ulang pada method tersebut. Sebagai gantinya, pada package AttackService, pemakaian polymorphism dipergunakan untuk menyelesaikan smell tersebut dengan membuat interface Hittable yang mengimplementasikan method hit(int damage) untuk dipergunakan pada class Monster dan Player dimana pada class AttackService.java dalam package after, hanya ada pemanggilan method polymorphism dari method hit(GameObject obj, int damage) sebagai berikut:

java
public void hit(GameObject obj, int damage) {
  if(obj instanceof Hittable) {
    ((Hittable) obj).hit(damage);
  }
}
public void hit(GameObject obj, int damage) {
  if(obj instanceof Hittable) {
    ((Hittable) obj).hit(damage);
  }
}

Julukan

  • Tag class: Terjadi karena adanya pemakaian tag field (hardcoded variables) untuk cek variasi class.
  • Missing inheritance: Adanya bagian code yang terindikasi duplikat atau pemakaian “switch-case” statements yang seharusnya digantikan dengan inheritance.
  • Collapsed type hierarchy: Terjadi karena adanya pemakaian 2 atau lebih conditional check yang digunakan untuk menentukan behaviour.
  • Embedded features: Terjadi karena adanya pemakaian toggle attribute untuk menentukan behaviour dari class-class lain.

When to Ignore

Smell ini dapat dibiarkan jika class tersebut difungsikan untuk pemakaian design pattern berbasis Factory class atau untuk keperluan input dari file/user prompts dengan encoding teks/inputan sebagai object dalam Java.

Created by Saugi